Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

NILAI-NILAI DHARMASASTRA DI SETIAP YUGA


Penerapan keteraturan (hukum) masyarakat dalam pemberlakuan hukum Hindu penerapanya disesuaikan dengan zamanya seperti yang diuraikan pada Parasara Dharmasastra berikut:

Krte tu manavo dharmas tretayam gautamah smrtah,
dvapare sankha likhitau kalau Parasarah smrtah.
Terjemahan:
Hukum-hukum dari Manu diberlakukan pada zaman Satya, hukum dari Gautama pada zaman Treta; hukum sankha dan l-Likhita pada zaman Dwapara; dan hukum Parasara pada zaman Kaliyuga. (Parasara Dharmasastra 1.24)
Dari uraian sloka Parasara Dharmasastra 1.24 dijelaskan bahwa hukum yang berlaku sesuai dengan zamanya, yaitu
1. hukum-hukum dari Manu diberlakukan pada zaman Satya;
2. hukum dari Gautama pada zaman Treta;
3. hukum Sankha dan Likhita pada zaman Dwapara; dan
4. hukum Parasara pada zaman Kaliyuga.

Setiap zaman memiliki hukum sesuai dengan kualitas diri manusia pada zaman tersebut, sehingga hukum berfungsi sebagai pengendalian diri (individu) maupun sosial.

Dalam Parasara Dharmasastra dijelaskan tentang musuh manusia yang akan berpengaruh terhadap keteraturan hidupnya baik secara individu maupun sosial, seperti dimuat pada Parasara Dharmasastra berikut:

Trayedesam krtayuge tretayam gramam utsrjet,
dvapare kulam ekantu karttaranca kalau yuge.
Terjemahan:
Pada Satyayuga, seseorang harus meninggalkan daerahnya agar
terhindar pergaulannya dengan seseorang yang berdosa; 
pada zaman Treta ia bersatu desa dengan orang yang berdosa; 
pada zaman Dwapara, yang berdosa merupakan salah satu anggota keluarganya dan pada Kaliyuga berdosa itu adalah dirinya sendiri 
(Parasara Dharmasastra I.25)

Dari uraian sloka Parasara Dharmasastra 1.25 dijelaskan bahwa keberadaan perilaku tidak baik atau musuh manusia dihubungkan dengan zamannya, yaitu
  1. pada Satyayuga, seseorang harus meninggalkan daerahnya agar terhindar pergaulannya dengan seseorang yang berdosa;
  2. pada zaman Treta ia bersatu desa dengan orang yang berdosa;
  3. pada zaman Dwapara, yang berdosa merupakan salah satu anggota keluarganya; dan
  4. pada Kaliyuga berdosa itu adalah dirinya sendiri.

Nilai-Nilai Dharmasastra di Setiap Yuga

1. Nilai-Nilai Dharmasastra pada Satyayuga

Pelaksanaan penebusan dosa yang ketat (tapa) merupakan kebajikan pada masa Satyayuga/Krtayuga. Penerapan nilai ajaran Weda pada masa itu manusia hidup di dalam kesetiaan dan ketaatan penuh dengan ajaran Weda. Dengan demikian keteraturan hidup dalam penebusan dosanya melalui tapa, yoda, dan meditasi, sehingga kesucian spiritual pada masa itu sangat terjaga.

Dengan demikian, sebagai manusia nilai-nilai yang dapat kalian terapkan saat ini untuk membentuk sikap mental yang positif melalui pengendalian diri yang ketat dan selalu setia terhadap ajaran dharma (nilai-nilai kebajikan), antara lain
  • disiplin untuk selalu berpikir yang bersih dan suci (manacika parisudha);
  • disiplin untuk selalu berkata yang baik, sopan dan benar (wacika parisudha); dan
  • disiplin untuk selalu berbuat yang jujur, baik dan benar (Kayika Parisudha), baik sebagai individu maupun sosial.

2. Nilai-Nilai Dharmasastra pada Tretayuga

Zaman tretayuga fokus terhadap nilai-nilai dharma yang diajarkan melalui pengetahuan tentang sang diri. Kehidupan manusia fokus pada pengetahuan tentang sang diri menjadi budaya kehidupan pada zaman Tretayuga. Melalui pengetahuan tentang sang diri tersebut seseorang akan mampu mendapatkan kebahagiaan dan pelepasan dirinya dari penderitaan.

Nilai-nilai kebajikan pada zaman Tretayuga yang dapat diterapkan dalam kehidupan saat ini sebagai berikut.
  1. Brahmacari adalah masa belajar dan pengendalian murni sesuai dengan kewajiban-kewajiban brahmacari. Contoh penerapanya, antara lain disiplin mengikuti arahan guru dan orang tua.
  2. Aguron-guron merupakan ajaran tentang kualitas proses hubungan guru dan murid. Contoh penerapanya jika sebagai peserta didik, maka wajib menghormati, bakti, dan disiplin menjaga hubungan baik dengan guru. Guru yang dimaksud adalah guru rupaka (orang tua), guru pengajian (guru di sekolah), guru wisesa (pemerintah), dan guru swadyaya (Hyang Widhi Wasa Tuhan Yang Maha Esa).

3. Nilai-Nilai Dharmasastra pada Dwaparayuga

Kehidupan manusia masa Dwaparayuga fokus pada kurban keagamaan (yajna) menjadi budaya kehidupan, melalui kurban suci keagamaan tersebut seseorang akan mampu mendapatkan kebahagiaan dan pelepasan dirinya dari penderitaan.

Yajna yang dapat kita terapkan saat ini, yaitu melalui ajaran panca yajňa, yaitu
  1. dewa yajna;
  2. pitra yajna;
  3. rsi yajna;
  4. manusa yajna; dan
  5. bhuta yajna.
Nilai-nilai Dharmasastra pada Dwaparayuga berdasarkan uraian tersebut yang dapat diterapkan pada kehidupan kalian sehari-hari, adalah tulus dan ikhlas (lascarya). Tujuannya agar tercapai kehidupan yang harmoni dan sejahtera kepada:
  1. Hyang Widhi Wasa (Parahyangan) melalui dewa yajña dan pitra yajna
  2. sesama manusia (Pawongan) melalui ssi yajña dan manusa yajña; dan
  3. kepada alam semesta (Palemahan) melalui bhuta yajña.

4. Nilai-Nilai Dharmasastra pada Kaliyuga

Melaksanakan amal sedekah (danam) pada masa Kaliyuga adalah cara manusia untuk mencapai pembebasan. Pelaksanaan sedekah tersebut menjadi persembahan yang mulia di zaman Kaliyuga seperti yang dimuat pada kitab Dharmasastra Parasara.
"Kutumbine daridraya srautriyaya visesatah,
Yaddanam diyate tasmai tadayurvrddhi karakam"
Terjemahannya:
Sedekah yang diberikan kepada sebuah keluarga yang miskin, teristimewa
kepada seorang Brahmana yang mahir dalam veda, cenderung menambah
umur panjang bagi si pemberi sedekah. (Parasara Dharmasastra, XII.45).
Uraian sloka tersebut, makna etika (moralitas) yang dapat diketahui adalah bahwa setelah memperoleh harta benda, seseorang harus menggunakan penghasilan atau kekayaan material yang dimiliki pertama untuk pelaksanaan aktivitas dharma atau kebajikan seperti memberikan sedekah atau jamuan kepada para atiti (tamu atau orang lain) atau menolong seseorang yang pantas untuk ditolong.

Token : pahx412

Nilai-nilai Dharmasastra pada Kaliyuga yang wajib untuk diaplikasikan dalam kehidupan ini adalah:
  1. sedekah/berdanapunia. Berdanapunia melalui dewa yajña, pitra yajña, rsi yajña, manusa yajña, bhuta yanja (alam semesta);
  2. berbagi kepada sesama yang membutuhkan sebagai implementasi dari manusa yajña;
  3. Berbagi untuk saling melayani sebagai wujud gotong royong sehingga moderasi beragama tercapai.

Posting Komentar untuk "NILAI-NILAI DHARMASASTRA DI SETIAP YUGA"